Info Teknonogi - Tak jarang, saat sedang asyik berselancar di dunia maya, berkunjung dari satu situs ke situs lainnya, tiba-tiba muncul warning "Layanan Tidak Tersedia" atau Error. Jika Anda pernah mengalaminya, kejadian itulah yang disebut dengan istilah downtime, yaitu kondisi web tak dapat diakses dalam jangka waktu tertentu.
Jengkel memang, apalagi jika Anda sedang diburu target pekerjaan. Anda dan perusahaan bukan hanya rugi dari sisi waktu, tapi juga finansial. Lalu, apa yang sebetulnya terjadi di balik downtime?
Jengkel memang, apalagi jika Anda sedang diburu target pekerjaan. Anda dan perusahaan bukan hanya rugi dari sisi waktu, tapi juga finansial. Lalu, apa yang sebetulnya terjadi di balik downtime?
Terputusnya pasokan listrik
Saat pasokan listrik terputus, keberlangsungan sistem kerja pada server di data center dapat terganggu (uptime). Ini yang disebut dengan downtime.
Kondisi downtime adalah ancaman utama bagi data center, terutama pada negara yang pasokan listriknya kurang baik. Pada saat-saat seperti itu dibutuhkan generator sebagai back up daya dan Uninterruptible Power Supply (UPS). Fungsinya sebagai penahan aliran listrik agar perangkat di data center dapat bertahan sampai generator siap memasok listrik.
www.shutterstock.com
Kerusakan komponen pada data center bisa terjadi karena banyak hal, salah satunya akibat suhu ruangan yang lembab. Aplikasi monitoring power dan cooling dapat menjadi solusinya melalui pengukuran pada jumlah panas yang dihasilkan dari berbagai perlengkapan IT dan sumber panas lainnya.
Kerusakan komponen pada data center bisa terjadi karena banyak hal, salah satunya akibat suhu ruangan yang lembab. Aplikasi monitoring power dan cooling dapat menjadi solusinya melalui pengukuran pada jumlah panas yang dihasilkan dari berbagai perlengkapan IT dan sumber panas lainnya.
Untuk itulah, syarat utama membangun data center adalah adanya proteksi dengan sistem cadangan, yaitu cadangan daya dan UPS. Pasalnya, server pada data center tidak boleh mati. Ya, bahkan untuk sedetik pun. Bila terlanjur mati, akan butuh waktu lama untuk mulai kembali menghidupkannya (re-boot) kembali.
Perlu diketahui, efektifitas UPS bergantung pada kebugaran baterai yang masa efektifnya adalah dua sampai empat tahun, tergantung ukuran dan kondisi beban yang di-back up oleh UPS tersebut. Semakin bugar baterai, semakin dapat diandalkan kinerjanya. Oleh karena itu, keseluruhan unit baterai harus diganti secara reguler.
Begitu juga dengan generator. Harus ada pemeliharaan meliputi penggantian komponen, pelumasnya atau radiatornya hingga penggantian secara keseluruhan lantaran umur efektifnya sudah habis.
Kelalaian manusia
Dilansir dari situs Schneider Electric, gangguan terbesar sebetulnya tak hanya datang dari sistem, melainkan juga kelalaian manusia. Situs tersebut menjelaskan, bahwa sistem yang baik juga membutuhkan monitoring yang baik dari Sumber Daya Manusia (SDM). Apakah perencanaan, desain, spesifikasi, hingga berjalannya sistem sudah memadai dan sesuai dengan pengawasan?
Itulah sebabnya, sistem seperti Manajemen Infrastruktur Pusat Data atau Data Center Infrastructure Management (DCIM) sangat dibutuhkan. DCIM berguna untuk meminimalisir kesalahan akibat kelalaian manusia.
Kecerobohan dan kelalaian manusia memang bisa menjadi ancaman terganggunya keberlangsungan data center. Fakta menyebutkan bahwa persentase penyebab downtime akibat kesalahan manusia berada pada angka 60 persen hingga 80 persen.
Untuk mencegah dan meminimalkan gangguan yang terjadi akibat manusia diperlukan pemeliharaan alat-alat atau perangkat yang menunjang keberlangsungan data center. Dengan melakukan pemeliharaan, perangkat atau alat yang sudah tak layak pakai dapat segera diganti atau hanya sekadar diperbaiki secara berkala agar kinerjanya optimal.
Pada dasarnya, pemeliharaan dan perawatan data center dapat dilakukan dengan memperkuat sistem, infrastruktur dan keamanan fisik. Hal pertama harus diperhatikan adalah pengaturan sirkulasi udara dan suhu secara tepat.
Perlu diketahui, efektifitas UPS bergantung pada kebugaran baterai yang masa efektifnya adalah dua sampai empat tahun, tergantung ukuran dan kondisi beban yang di-back up oleh UPS tersebut. Semakin bugar baterai, semakin dapat diandalkan kinerjanya. Oleh karena itu, keseluruhan unit baterai harus diganti secara reguler.
Begitu juga dengan generator. Harus ada pemeliharaan meliputi penggantian komponen, pelumasnya atau radiatornya hingga penggantian secara keseluruhan lantaran umur efektifnya sudah habis.
Kelalaian manusia
Dilansir dari situs Schneider Electric, gangguan terbesar sebetulnya tak hanya datang dari sistem, melainkan juga kelalaian manusia. Situs tersebut menjelaskan, bahwa sistem yang baik juga membutuhkan monitoring yang baik dari Sumber Daya Manusia (SDM). Apakah perencanaan, desain, spesifikasi, hingga berjalannya sistem sudah memadai dan sesuai dengan pengawasan?
Itulah sebabnya, sistem seperti Manajemen Infrastruktur Pusat Data atau Data Center Infrastructure Management (DCIM) sangat dibutuhkan. DCIM berguna untuk meminimalisir kesalahan akibat kelalaian manusia.
Kecerobohan dan kelalaian manusia memang bisa menjadi ancaman terganggunya keberlangsungan data center. Fakta menyebutkan bahwa persentase penyebab downtime akibat kesalahan manusia berada pada angka 60 persen hingga 80 persen.
Untuk mencegah dan meminimalkan gangguan yang terjadi akibat manusia diperlukan pemeliharaan alat-alat atau perangkat yang menunjang keberlangsungan data center. Dengan melakukan pemeliharaan, perangkat atau alat yang sudah tak layak pakai dapat segera diganti atau hanya sekadar diperbaiki secara berkala agar kinerjanya optimal.
Pada dasarnya, pemeliharaan dan perawatan data center dapat dilakukan dengan memperkuat sistem, infrastruktur dan keamanan fisik. Hal pertama harus diperhatikan adalah pengaturan sirkulasi udara dan suhu secara tepat.
Harus diingat, pemeliharaan panel listrik berisi Mini Circuit Breaker (MCB) juga sangat penting. MCB merupakan perangkat yang dapat memicu timbulnya panas karena menjadi tempat terminasi kawat listrik.
Sebagai catatan, jika tidak diperhatikan, terminasi kawat listrik yang kendur dengan beban besar akan menimbulkan panas. Jika dibiarkan dalam waktu yang lama akan berpotensi mengakibatkan kebakaran.
Adapun prioritas selanjutnya adalah pemeliharaan hardware. Responsif atau tidaknya sistem biasanya tergantung pada kapasitas dalam hardware. Pemeliharaan dapat dilakukan dengan cara melakukan pengarsipan, defragmentasi, meningkatkan sistem operasi, software dan juga hardware.
Pemeliharaan yang juga tidak kalah penting lainnya adalah back-up jaringan komunikasi secara rutin. Hal ini diperlukan saat jaringan komunikasi utama terganggu. Terakhir, pemeliharaan Dokumen Disaster Recovery Planning (DRP).
Pada dasarnya, DRP merupakan proses, kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan persiapan untuk pemulihan atau kelanjutan dari infrastruktur teknologi. DRP penting bagi organisasi setelah mengalami ‘disaster’ yang mengakibatkan gangguan pada perangkat hingga keadaan downtime, baik karena alam ataupun ulah manusia.
Antisipasi Downtime
Cara lain mengantisipasi terjadinya downtime adalah memperkokoh integritas karyawan. Dengan melibatkan karyawan, upaya perusahaan meminimalkan kemungkinan downtime dapat terlaksana.
Karyawan sungguh memahami perannya dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Mereka mungkin memiliki saran tentang cara untuk meminimalkan downtime atau meningkatkan fungsinya.
Selain itu, dengan efisiensi monitoring. Perangkat dan peralatan dapat diintegrasikan dengan menggunakan software yang juga berguna sebagai alat monitoring.
Lewat pengaturan pada software itu dapat diketahui letak sumber panas pada perangkat secara tepat, pengaturan suhu secara otomatis, hingga komunikasi data. Kapasitas dalam tiap server juga bisa diatur sehingga penggunaannya efektif dan efisien.
Tak hanya itu. Jika ada sistem atau peralatan yang terganggu dan tidak berfungsi, software dapat segeras memberitahukan dengan cepat. Solusi seperti ini yang dapat membantu mengidentifikasi keadaan peralatan atau perangkat tertentu sebelum downtime terjadi. Semua terkendali dengan baik, termasuk solusinya.
Sebagai catatan, jika tidak diperhatikan, terminasi kawat listrik yang kendur dengan beban besar akan menimbulkan panas. Jika dibiarkan dalam waktu yang lama akan berpotensi mengakibatkan kebakaran.
Adapun prioritas selanjutnya adalah pemeliharaan hardware. Responsif atau tidaknya sistem biasanya tergantung pada kapasitas dalam hardware. Pemeliharaan dapat dilakukan dengan cara melakukan pengarsipan, defragmentasi, meningkatkan sistem operasi, software dan juga hardware.
Pemeliharaan yang juga tidak kalah penting lainnya adalah back-up jaringan komunikasi secara rutin. Hal ini diperlukan saat jaringan komunikasi utama terganggu. Terakhir, pemeliharaan Dokumen Disaster Recovery Planning (DRP).
Pada dasarnya, DRP merupakan proses, kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan persiapan untuk pemulihan atau kelanjutan dari infrastruktur teknologi. DRP penting bagi organisasi setelah mengalami ‘disaster’ yang mengakibatkan gangguan pada perangkat hingga keadaan downtime, baik karena alam ataupun ulah manusia.
Antisipasi Downtime
Cara lain mengantisipasi terjadinya downtime adalah memperkokoh integritas karyawan. Dengan melibatkan karyawan, upaya perusahaan meminimalkan kemungkinan downtime dapat terlaksana.
Karyawan sungguh memahami perannya dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Mereka mungkin memiliki saran tentang cara untuk meminimalkan downtime atau meningkatkan fungsinya.
Selain itu, dengan efisiensi monitoring. Perangkat dan peralatan dapat diintegrasikan dengan menggunakan software yang juga berguna sebagai alat monitoring.
Lewat pengaturan pada software itu dapat diketahui letak sumber panas pada perangkat secara tepat, pengaturan suhu secara otomatis, hingga komunikasi data. Kapasitas dalam tiap server juga bisa diatur sehingga penggunaannya efektif dan efisien.
Tak hanya itu. Jika ada sistem atau peralatan yang terganggu dan tidak berfungsi, software dapat segeras memberitahukan dengan cepat. Solusi seperti ini yang dapat membantu mengidentifikasi keadaan peralatan atau perangkat tertentu sebelum downtime terjadi. Semua terkendali dengan baik, termasuk solusinya.
Sumber : Kompas.com
0 komentar:
Post a Comment